Senin, 12 November 2012

SAR Kesiapan SDM dengan Ancaman Tak Seimbang

JAKARTA (Suara Karya): Berbagai peristiwa alam yang kerap terjadi di Indonesia, seperti gunung meletus, gempa bumi, serta tsunami, membutuhkan peran aktif dari search and rescue (SAR). Namun, kebutuhan akan pertolongan terhadap berbagai peristiwa itu tidak sebanding dengan keberadaan sumber daya manusia (SDM) yang berkopeten.
"Hal ini mendorong sekelompok anak muda yang mendirikan organisasi sosial bernama Rajawali SAR Nusantara (RSN-Red)," ujar Ketua Dewan Pembina Rajawali SAR Nusantara, Hatta Rajasa didampingi Ketua Umum RSN Riski Sadiq saat meresmikan RSN di Padang, Sumatera Barat, Minggu (11/11).

Hatta mengatakan, Rajawali SAR Nusantara sebagai organisasi penanggulangan bencana yang digerakan secara manajemen modern, profesional dan siap setiap diterjunkan ke medan bencana yang terberat sekalipun.

"Rajawali SAR Nusantara mempunyai jaringan kuat dengan tim SAR modern dari berbagai negara maju di dunia," ujarnya.

Untuk periode awal ini, tambah dia, ada dua program utama yang menjadi sasaran Rajawali SAR Nusantara. Pertama, menciptakan masyarakat Indonesia yang siaga. "Setiap saat siap bertindak cepat dan apa bila bencana datang," ujar dia.

Kedua, mempersiapkan anggota menjadi tenaga relawan yang memiliki pengetahuan dan kemampuan khusus menghadapi bencana, serta memiliki ketahanan fisik dan mental yang memadai apabila menghadapi rintangan bencana yang berat di medan bencana. "Tak lupa kelengkapan peralatan teknis dan moda transportasi juga menjadi target kami," kata Hatta, yang juga Menteri Koordinator Perekonomian.

Hatta mengungkapkan, Indonesia memiliki kemampuan disater reduction untuk mengatasi bencana. Hal tersebut dibuktikan dengan mendapat penghargaan dari PBB.

Ketua Umum RSN Riski Sadiq mengatakan, berdirinya Rajawali SAR Nusantara bukan saja diproyeksikan sebagai lembaga pencarian dan penyelamatan korban bencana belaka, tapi juga bertujuan mendidik dan menyadarkan masyarakat bagaimana menghadapinya.

"Kita mencoba membuat organ yang menjadi suporting dan dapat bekerja sama melakukan pelatihan masyarakat. Targetnya sekurangnya tanggap darurat untuk diri sendiri," ujar dia.

Riski menargetkan, organisasi yang dideklarasikan pada 28 Oktober 2012 ini memiliki posko siaga bencana di 33 provinsi. Saat ini Rajawali SAR Nusantara baru memiliki simpul yang dapat dihubungi 25 provinsi, dan akan terus bekerja sama dengan Badan SAR Nasional atau Basarnas.

Sebagai upaya penyadaran masyarakat akan bencana, Rajawali SAR Nusantara secara berkesinambungan akan melakukan pelatihan kepada masyarakat, dari mulai pengenalan bencana dan bagaimana menanggapinya secara personal.

Menurut Riski, Rajawali SAR Nusantara akan menyesuaikan diri dengan program Basarna yang memiliki sumber daya manusia seperti tenaga ahli, dan alat. Mengingat sejauh ini banyak organisasi serupa yang ada sebelumnya tak melakukan koordinasi yang baik.

Rajawali SAR Nusantara lahir dari obrolan teman-teman sejak setahun yang lalu. Momentum pembentukannya baru muncul dari pengalaman pada penanggulangan bencana berupa pencarian korban jatuh pesawat Sukhoi Superjet di Gunung Salak, Bogor, beberapa bulan lalu. (Feber S)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar